Tunggang Gunung adalah sebuah nama baru di Blantika Musik Indi di Lombok. Kelompok musik anak-anak Lombok ini berdiri di tahun 2015. Empat personil dari kelompok musik ini dipertemukan di sebuah kampus baru yang berdiri di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat adalah tempat mereka saling mengenal dan memahami khususnya di jalur musik .Namun lebih menguntungkan, mereka dibekali ilmu dan pengetahuan tentang seni music pada Program Seni Drama, Tari Dan Musik (SENDRATASIK). Teori dan praktek musik adalah pengetahuan dan pengalaman mereka dalam mengembangkan jalur musik di tanah kelahiran mereka, Lombok.
Terlepas dari pengalaman dan bakat seni yang di bawa dari kampung halaman sebelum mereka menempuh pendidikan di Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat, mereka pun lebih terasah lewat teori dan praktek musik yang didapatkan dari kelas, sehingga diusung oleh kampus untuk melakukan kegiatan pentas di atas panggung. Sudah tak terhitung lagi entah berapa jumlah pentas panggung yang menjadi pengalaman mereka. Entah itu konser tunggal di kampus sendiri, pengisi acara di suatu kegiatan kampus, dan belum lagi jumlah pentas panggung di berbagai kegiatan masyarakat Lombok.
Kelompok musik indi yang personil-personilnya adalah mahasiswa Program Studi Senratasik Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggar Barat (UNU NTB), sehingga kelompok musik ini dinamakan Band UNU NTB. Namun setelah mereka berproses, akhirnya sepakat menamakan kelompok musik ini menjadi “Tunggang Gunung”.
Berkat pengalaman pentas dari panggung ke panggung,Tunggang Gunung pun akhirnya melangkah ke dapur rekaman. Studio rekamaam Rumah Kucing Montong Mataram milik Ary Julyant adalah tempat mereka menyelesaikan album perdana mereka. Enam lagu pilihan dalam album perdana tersebut menunjukkan perjuangan dan usaha kreatifitas mereka dalam berkarier di jalur musik. Ke enam lagu tersebut adalah ciptaan mereka sendiri yang secara keseluruhan bertajuk cermin. Dalam arti setiap lirik lagu adalah bercermin pada sisi kehidupan.
Ke enam lagu pilihan yang mewarnai album perdana Tunggang Gunung, yakni Semak-Semak Liar, Congkel Mata, Hujan, Ona, Bias, dan Nyala Kaca.Dalam album ini, Tunggang Gunung bukan hanya membawakan lagu Indonesia, namun juga membawakan lagu daerah dari Lombok Utara yaitu Ona. Lagu Ona menceritakan seorang anak yang dininabobohkan menjelang tidur. Kehadiran lagu Ona dalam album tersebut juga suatu upaya dari Tunggang Gunung untuk mengangkat nama Lombok di Belantika Music Indi.
Sanga (vokalis), Vikan Gazali, Doni, haris adalah personil dari Tunggang Gunung. Namun kelompok musik indi ini tak jarang terbantu oleh Agus (dosen UNU NTB) sebagai bagian dari kelompok mereka.
Dalam meningkatkan kualitas mereka di Belantika Music Indi, Agus selaku dosen musik UNU NTB atau Pembina pada kelompok musik ini mengajak untuk melakukan “Jelajah Ruang”. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar para personil dapat meningkatkan atau menyatukan peran mereka dalam bermusik di dalam suatu ruang. Jelajah ruang adalah berkeliling untuk mengetahui konsep ruang. Dalam hal ini anak-anak musik dilatih untuk peka terhadap ruang tempat mereka bermain musik, baik d ruang gedung, ataupun alam bebas.
Tajuk keliling ke berbagai ruang, seperti yang dilakukan oleh Tunggang Gunung di depan Aula UNU NTB Mataram pada hari Selasa (3/Juli) 2018 adalah tempat mereka memperkenalkan lagu-lagu garapan mereka. Namun mereka pun tetap pergunakan momen ini untuk tetap belajar mengadaptasikan diri dalam bermain musik. Dalam arti, mereka dilatih untuk merasakan hubungan diri sebagai pemain musik dengan semua komponen-komponen di dalam suatu ruang tertentu. Selain itu, mereka pun mengajak para penonton untuk berdiskusi mengenai penampilan mereka dan juga terkait dengan latar belakang terbentuknya kelompok musik mereka, dan atau yang terkait dengan persolan musik yang telah digelutinya. Intinya, suatu apresiasi dari pihak penonton terhadap peningkatan kualitas mereka.
“Agar mereka peka terhadap suatu ruang, mereka pun dilatih untuk menyesuaikan alat musik dengan ruang, dan juga bagaimana mereka harus mengetahui sisi internal yang ada di dalam ruang, termasuk kesesuaian ruang dengan son system. Demikian halnya bagaimana penonton memahami setiap pertunjukan,” ungkap Agus di saat Tunggang Gunung mengakhiri konser Jelajah Ruang di halaman Aula UNU NTB Kota Mataram yang dilanjutkan dengan diskusi.
Terlepas dari konser Jelajah Ruang yang menjadi konsep belajar bagi anak-anak music indi Lombok “Tunggang Gunung”, masalah kekompakan pun juga sangat perlu dalam menghidupkan suatu kelompok musik. “Tanpa kekompakan tentu sulit untuk mencapai apa yang diharapkan. Olehnya itu, Tunggang gunung selalu berusaha untuk bersinergis baik di saat latihan maupun di atas pentas, “ungkap Sanga (vokalis) Tunggang Gunung di saat acara diskusi Jelajah Ruang di depan Aula UNU NTB Mataram.
“Kekompakan bagi Tunggang Gunung juga terlihat dalam menyelesaikan satu karya lagu. Ada yang menciptakan lirik, ada yang mencari nada. Jadi kita bagi-bagi tugas dan tidak bekerja sendiri-sendiri,” lanjut Sanga dalam acara diskusi Jelajah Ruang di depan Aula UNU NTB Mataram.
Inilah perjuangan Tunggang Gunung sehingga mereka dapat tampil di berbagai panggung. Mereka telah telah melahirkan album perdana, namun mereka tetap belajar untuk lebih baik. Jelajah Ruang adalah salah satu cara mereka untuk memperkenalkan lagu-lagu mereka di tengah masyarakat Lombok.Melalui Jelajah Ruang, mereka dapat lebih mengenal konsep ruang, sehingga mereka dapat bersinergis dengan ruang tetentu tempat mereka bermain musik.Melalui Jelajah Ruang, mereka pun dapat meningkatkan kualitas mereka lewat evaluasi dalam diskusi Jelajah Ruang.
oleh Andi Mulyan